#349 Memadukan Berbagai Pengetahuan untuk Perubahan

Podkas INIKOPER memperkenalkan kembali konsep “Consilience” pertama kali diperkenalkan oleh William Whewell dalam bukunya yang berjudul The Philosophy of the Inductive Sciences, Founded Upon Their History yang diterbitkan pada tahun 1840. Whewell, seorang polymath Inggris, menggunakan istilah ini untuk menggambarkan kesatuan pengetahuan, yaitu penyatuan berbagai cabang ilmu pengetahuan melalui prinsip-prinsip yang sama. Ia percaya bahwa ilmu-ilmu pengetahuan yang berbeda bukanlah entitas yang terisolasi, melainkan saling terkait dan dapat dihubungkan satu sama lain. Meskipun istilah “Consilience” diciptakan pada abad ke-19, konsep ini kembali populer pada akhir abad ke-20 berkat karya E.O. Wilson, seorang ahli biologi dan naturalis Amerika. Dalam bukunya yang berpengaruh, Consilience: The Unity of Knowledge (1998), Wilson memperluas konsep “Consilience” untuk mencakup penyatuan seluruh pengetahuan manusia, termasuk ilmu alam, ilmu sosial, dan humaniora. Wilson berpendapat bahwa “Consilience” adalah kunci untuk memahami dunia secara utuh dan mengatasi tantangan-tantangan global yang kompleks. Ia percaya bahwa dengan mengintegrasikan pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu, kita dapat mencapai pemahaman yang lebih mendalam tentang alam semesta dan tempat kita di dalamnya. Jadi, meskipun William Whewell adalah orang yang pertama kali menciptakan istilah “Consilience”, E.O. Wilson memainkan peran penting dalam mempopulerkan konsep ini dan memperluas maknanya di era modern. Dengan menggabungkan pengetahuan dari berbagai bidang dan menekankan pentingnya inovasi dan kolaborasi, prinsip “Consilience” bisa mencari solusi untuk mengatasi masalah paling mendesak yang dihadapi umat manusia saat ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *