Matching VS Mismatching

Cara Menghadapi Dominator

Mengubah Dinamika dalam Fasilitasi

Pagi itu, di sebuah ruangan yang sudah dipenuhi sebanyak 20 orang peserta, Mia  menghadapi tantangan menarik dalam sesi kelompoknya.

Sebagai seorang fasilitator, Mia harus bisa ‘mengendalikan’ seorang peserta yang jelas memiliki sifat yang dominan.  Dominator ini namanya Alex. Ia cenderung ingin mengendalikan alur diskusi dan memaksakan ide-idenya pada kelompok.

Mia tahu bahwa menangani situasi ini dengan bijaksana sangat penting agar suasana tetap positif dan kolaboratif. Dia menerapkan tiga langkah penting untuk menghadapi dominator tersebut:

Pertama, memberikan Kesempatan Mendengarkan:

Mia memutuskan untuk memberikan kesempatan kepada Alex untuk menyampaikan ide-idenya. Mia mengakui pentingnya pendapat setiap peserta, termasuk dominator, dalam mencapai kesepakatan kelompok. Dengan memberi waktu kepada Alex untuk berbicara, Mia menghormati kebutuhan untuk berekspresi.

Kedua, Memberi Apresiasi pada Ide-ide:

Ketika Alex menyampaikan ide-idenya, Mia tidak langsung menolak atau mengabaikannya. Sebaliknya, Mia mengakui dan memuji aspek kreatif dan berharga dari ide-ide tersebut. Dengan sikap positif ini, Mia menciptakan suasana di mana setiap peserta merasa dihargai dan terlibat.

Ketiga, Mismatching dan Merangkul Kolaborasi:

Namun, Mia juga ingin memastikan bahwa ide-ide dari semua peserta dapat diungkapkan. Untuk menghindari dominasi yang berlebihan dari Alex, Mia memutuskan untuk menerapkan teknik mismatching. Ini berarti Mia menciptakan celah untuk melibatkan pendapat dan kontribusi dari peserta lain, sambil menjauh dari dominator. Dengan cara ini, Mia menciptakan keseimbangan dalam pembahasan.

Melalui pendekatan ini, Mia mampu mengubah dinamika kelompok dan mengelola sifat dominator dengan bijaksana. Alex tidak hanya merasa diakui, tetapi Mia juga berhasil membuka ruang bagi ide-ide lain yang beragam. Hasilnya adalah diskusi yang kolaboratif, di mana setiap peserta merasa dihormati dan kontribusinya diapresiasi.

Mia pun menyadari bahwa sebagai seorang fasilitator, tugasnya adalah memastikan bahwa setiap suara didengar dan setiap ide dihargai. Dengan memperlakukan dominator dengan empati dan melibatkan peserta lain secara aktif, Mia telah berhasil mengatasi tantangan dengan cemerlang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *