Rahasia Coaching Habit

Oleh Dani Wahyu Munggoro, INSPIRIT
Bos zaman sekarang sibuk sekali. Mereka merasa harus tahu segalanya. Memberi nasihat adalah pekerjaan utama.
Tapi ada masalah besar di sini. Tim jadi tidak mandiri. Bosnya kelelahan seperti lari maraton.
Ini bukan cara kerja yang benar. Harus ada perubahan mendasar. Bukan soal kerja lebih keras.
Michael Bungay Stanier punya solusinya. Namanya The Coaching Habit. Sebuah kebiasaan baru untuk para pemimpin.
Intinya sangat sederhana. Lebih sedikit bicara. Lebih banyak bertanya.
Ini bukan sesi coaching yang lama. Cukup sepuluh menit saja. Dilakukan di sela-sela kesibukan harian.
Alatnya hanya tujuh pertanyaan. Pertanyaan ini sangat kuat. Bisa mengubah cara Anda memimpin.
Pertanyaan pertama sederhana saja. “Apa yang ada di pikiranmu?”. Ini memotong semua basa-basi.
Lalu ada pertanyaan ajaib. “Dan apa lagi?”. Ini akan membuka banyak ide baru.
Untuk menemukan inti masalah, tanyakan ini. “Apa tantangan sebenarnya di sini untukmu?”. Anda akan kaget dengan jawabannya.
Lalu, kejar tujuannya. “Apa yang kamu inginkan?”. Pertanyaan ini butuh keberanian untuk dijawab.
Kalau mereka minta tolong, jangan langsung beraksi. Tanyakan dulu, “Bagaimana saya bisa membantu?”. Biarkan mereka yang berpikir.
Ada juga pertanyaan soal strategi. “Kalau bilang Ya untuk ini, kamu bilang Tidak untuk apa?”. Ini memaksa orang membuat pilihan.
Terakhir, kunci pembelajarannya. “Apa yang paling bermanfaat bagimu?”. Ini membuat wawasan baru menancap di otak.
Mengapa kebiasaan ini penting? Karena ini memutus lingkaran setan. Tim Anda akan jadi lebih mandiri.
Anda juga tidak akan kewalahan lagi. Beban di pundak Anda berkurang drastis. Anda bisa fokus pada hal penting.
Anda akan kembali mengerjakan hal yang bermakna. Bukan sekadar memadamkan api setiap hari. Pekerjaan jadi lebih memuaskan.
Tujuannya sangat jelas. Bekerja lebih sedikit. Dampaknya lebih besar.
Memulainya butuh formula. Tentukan pemicunya, kenali kebiasaan lama. Lalu ganti dengan kebiasaan baru.
Anda pasti akan gagal pada awalnya. Itu sudah biasa. Coba lagi, dan terus coba lagi.
Jadi, pilihannya ada di tangan Anda. Terus memberi nasihat sampai lelah. Atau mulai bertanya dan memberdayakan.