Rahasia Pemicu Tindakan Kita

Oleh Dani Wahyu Munggoro

Ada yang bilang, manusia itu makhluk yang rumit. Perilakunya sulit ditebak. Tapi, sebenarnya kuncinya sederhana dan mudah untuk dipahami.

Setiap gerakan kita, besar atau kecil, pasti ada pemicunya. Ada kekuatan yang mendorong dari belakang. Kekuatan pendorong itu tidak banyak, hanya ada tiga jenis utama.

Hanya ada tiga pendorong utama. Tiga pendorong itu adalah rasa sakit, harapan, dan ikatan. Kita akan membahasnya satu per satu, karena masing-masing memiliki pengaruh besar.

Pendorong pertama adalah yang paling mendasar. Manusia selalu ingin menghindari rasa sakit. Itu adalah naluri kita yang paling primal dan kuat.

Rasa sakit adalah guru yang paling kejam. Tapi juga yang paling efektif. Kita belajar dari sana, dan itu membentuk banyak keputusan dalam hidup.

Kita akan lari jika ada api. Kita akan mundur jika ada jurang. Semua tindakan itu terjadi karena rasa takut sakit.

Anak sekolah rajin belajar. Itu bukan semata-mata ingin pintar. Dia takut mendapat nilai jelek dan dimarahi orang tua, itulah yang menjadi pemicu terkuat.

Dia takut dipermalukan di depan teman-temannya. Itu semua adalah rasa sakit. Rasa sakit sosial itu yang memaksanya untuk membuka buku, menjadikannya lebih rajin.

Pria bekerja keras dari pagi sampai malam. Kadang dia tidak peduli dengan rasa lelah. Dia melakukannya bukan hanya karena mengejar uang, tapi dia takut kehabisan uang.

Dia takut keluarganya kelaparan. Rasa takut miskin itu sangat menakutkan. Rasa takut itu jauh lebih kuat dari rasa lelahnya, dan itu pendorong paling ampuh.

Kita rutin ke dokter untuk check-up. Padahal itu tidak enak. Kita terpaksa melakukannya bukan karena ingin sehat, tapi karena takut sakit.

Takut penyakit berat menyerang. Rasa takut itu yang membuat kita sadar, dan membuatnya disiplin dalam menjaga kesehatan.

Pendorong kedua adalah sisi sebaliknya. Kita bergerak karena mengejar harapan. Ini adalah kekuatan yang manis dan penuh energi.

Manusia selalu ingin hidup lebih baik. Kita selalu ingin meraih sesuatu yang lebih. Harapan adalah imajinasi masa depan yang indah yang membuat kita tersenyum.

Seorang atlet berlatih keras setiap hari. Kakinya sakit, pundaknya memar, dan keringat membanjiri tubuhnya. Dia tidak peduli dengan semua rasa sakit itu karena dia memiliki satu harapan.

Harapan untuk meraih medali emas. Harapan itu jauh lebih kuat dari rasa sakitnya, memaksanya untuk bangun pagi dan menjadi tangguh.

Seorang wirausaha memulai bisnis dari nol. Modalnya sedikit, dan risiko kegagalan sangat besar. Dia tidak takut, karena dia melihat gambaran masa depan.

Dia melihat bisnisnya maju. Dia melihat karyawan-karyawannya sejahtera. Harapan itulah yang memicunya untuk nekat, dan tanpa harapan, dia pasti akan menyerah.

Seorang penemu menghabiskan waktu bertahun-tahun di laboratorium. Dia gagal berkali-kali. Dia sering diejek, tapi dia tetap saja terus bekerja.

Dia tidak menyerah. Dia memiliki harapan besar untuk menemukan sesuatu yang baru, sebuah penemuan yang dapat mengubah dunia.

Pendorong ketiga tidak kalah penting. Manusia butuh ikatan. Kita butuh komunitas untuk merasa utuh.

Kita adalah makhluk sosial. Kita tidak bisa hidup sendirian. Kita selalu ingin menjadi bagian dari suatu kelompok dan diterima.

Kita ingin dicintai. Kita ingin dihargai. Ini adalah motivasi sosial yang mendalam yang mendorong kita untuk terhubung.

Seorang remaja mengikuti tren terbaru. Dia memakai baju yang sama seperti teman-temannya. Dia tidak melakukannya karena menyukai trennya, tapi karena ingin diterima.

Dia ingin merasa menjadi bagian dari kelompok itu. Rasa ingin diterima ini sangat kuat, dan tanpanya kita merasa hampa.

Seorang karyawan bekerja melebihi jam kerja. Dia rela melakukannya. Padahal tidak ada yang memintanya, tapi dia melakukannya karena ingin membuktikan dirinya.

Dia ingin dianggap penting oleh timnya. Dia ingin diakui dan dihormati, itulah kekuatan ikatan di tempat kerja.

Seorang relawan membersihkan sungai. Padahal itu bukan tugasnya. Dia rela kotor dan capek, tapi dia melakukannya bukan karena dibayar.

Dia melakukannya karena rasa memiliki. Dia merasa menjadi bagian dari masyarakat, dan itu yang membuatnya bersemangat untuk berkontribusi.

Tiga kekuatan ini saling berinteraksi. Kadang mereka bertabrakan, kadang mereka bekerja sama. Mereka adalah tiga kunci rahasia untuk memahami mengapa manusia bergerak.

Menghindari rasa sakit, mengejar harapan, dan butuh ikatan. Sekarang kita tahu mengapa kita berbuat sesuatu. Semua karena tiga kekuatan ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *