Workshop Refleksi Fasilitasi Partisipatif

Oleh INSPIRIT

Workshop fasilitasi partisipatif ini dirancang dengan tujuan yang jelas. Fokus utamanya adalah refleksi mendalam tentang praktik fasilitasi. Ini membantu peserta mengeksplorasi kekuatan serta area yang perlu dikembangkan dalam diri mereka.

Agenda dua hari ini sangat terstruktur. Setiap sesi bertujuan untuk membangun pemahaman bertahap. Tujuannya adalah untuk menciptakan fasilitator yang lebih efektif.

Hari pertama, sesi pertama, dimulai dengan fondasi. Peserta diajak menggali dinamika kelompok dan peran fasilitator. Hal ini sangat penting untuk memahami cara kerja sebuah tim.

Mereka diperkenalkan pada Model Berlian. Model ini menggambarkan empat zona utama dalam pengambilan keputusan. Ini memberikan peta jalan visual yang mudah dipahami.

Salah satu zona penting adalah Groan Zone. Ini adalah fase alami dan tak terhindarkan dalam kolaborasi. Workshop ini mengajarkan peserta untuk tidak takut berada di zona ini.

Sesi kedua berfokus pada keterampilan dasar. Peserta belajar tentang chartwriting dan mendengarkan. Keduanya merupakan alat vital bagi seorang fasilitator.

Chartwriting membantu memvisualisasikan ide-ide. Tujuannya adalah untuk memvalidasi pemikiran semua orang. Ini juga membantu kelompok mengingat apa yang telah mereka diskusikan.

Keterampilan mendengarkan fasilitatif juga diasah. Teknik seperti parafrase dan “menarik” orang lain keluar dari keraguannya dipraktikkan. Ini mendorong partisipasi yang lebih inklusif dari setiap anggota.

Sesi ketiga di Hari 1 mengajarkan nilai-nilai. Peserta mengenal empat nilai inti fasilitasi. Nilai-nilai ini menjadi landasan moral untuk kolaborasi.

Nilai-nilai ini mencakup partisipasi penuh dan pemahaman bersama. Ada juga solusi inklusif dan tanggung jawab bersama. Ini adalah prinsip yang membedakan fasilitasi yang baik.

Mereka menerapkan nilai-nilai ini melalui simulasi. Metode The World Café digunakan. Ini memungkinkan ide-ide untuk berinteraksi dan menyebar.

Hari kedua workshop berfokus pada teknik lanjutan. Sesi keempat membahas bagaimana mengelola tantangan. Peserta belajar mengatasi diskusi yang sulit.

Strategi untuk mengelola dinamika sulit dijelaskan. Ini termasuk mengatasi dominasi anggota atau partisipasi yang rendah. Peserta diajak mengenali gejala-gejala ini.

Latihan role-play memberikan pengalaman nyata. Peserta berhadapan dengan skenario sulit. Hal ini memungkinkan mereka untuk mempraktikkan respons yang efektif secara langsung.

Sesi kelima berlanjut pada solusi inklusif. Konsep Both/And thinking diperkenalkan. Ini mengubah pola pikir dari “pemenang dan yang kalah”.

Pola pikir ini mendorong solusi yang mengakomodasi semua pihak. Ini menghindari kompromi yang hanya memuaskan sebagian orang. Tujuannya adalah untuk menciptakan hasil yang berkelanjutan.

Workshop ini juga menawarkan alat praktis. Peserta belajar mengelola daftar panjang ide. Metode seperti categorizing with sticky notes diajarkan.

Sesi terakhir membahas kesepakatan berkelanjutan. Peserta belajar pentingnya aturan keputusan yang jelas. Aturan yang jelas menghindari kebingungan.

Untuk mengukur dukungan, Gradients of Agreement Scale diperkenalkan. Skala ini memungkinkan adanya nuansa. Peserta bisa menunjukkan tingkat dukungan yang berbeda.

Sebagai penutup, peserta diminta untuk merenung. Mereka membagikan “aha moment” atau komitmen pribadi. Ini mengikat pengalaman mereka dalam workshop ini.

Secara keseluruhan, workshop ini membangun kompetensi secara komprehensif. Peserta mendapatkan teori, praktik, dan nilai-nilai. Semua ini membentuk fasilitator yang jauh lebih handal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *