Menjemput Kaum Muda

Beberapa hari yang lalu, kami terlibat dalam pelatihan bagi anak-anak muda Aparatur Sipil Negara (ASN), untuk menjadi changemaker.

Mungkinkah ASN Muda menjadi changemaker? Pada jaman serba kecerdasan buatan, siapa pun  bisa menjadi changemaker.

Kami memilih untuk memperkenalkan pendekatan system change bagi mereka. Mengapa? Supaya mereka bisa membuat inovasi perubahan yang lebih segar, fungsional dan berdampak.

Pada masa yang penuh harapan dan perubahan, cerita menakjubkan tentang ‘Menjemput Kaum Muda’ tumbuh seperti bunga yang merekah di tengah hiruk-pikuk kehidupan.

Di tengah era di mana kecerdasan buatan merajai, sebuah pertanyaan muncul: Apakah mungkin para Aparatur Sipil Negara (ASN) muda dapat menjadi agen perubahan? Tapi sungguh, dalam dunia yang semakin terhubung, kemampuan untuk menjadi ‘changemaker’ tak dapat dibatasi.

Dani Wahyu Munggoro, dari INSPIRIT atau Inspirasi Tanpa Batas, melalui podcast INIKOPER atau Inspirasi untuk Komunitas Perubahan, kembali berbagi cerita  tentang perjalanan menariknya,  yang baru saja mereka  alami.

Kisah ini membawa kita pada sebuah kolaborasi yang tak terduga, melibatkan tiga pribadi dari latar belakang yang berbeda: Erna Eko Hartono, seorang birokrat di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK); Profesor Ismi Dwi Astuti, ahli dalam bidang kebijakan Gender dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo.

Pertemuan ini sebenarnya adalah hasil dari pertautan berbagai minat dan keahlian. Profesor Ismi, dengan kepiawaian dalam menyederhanakan konsep kebijakan Gender, menjadi pilihan ideal untuk membantu menggugah semangat para peserta.

Sementara itu, Erna Eko Hartono, dengan pengalamannya di KLHK, membawa gagasan tentang ‘Nature Gender’ dan merancang sebuah acara yang disebut ‘Nature Gender Retreat’, bertujuan untuk memfasilitasi pelatihan dalam suasana santai, melibatkan interaksi sosial.

Saya pun terlibat dalam upaya mengembangkan kreativitas dan inovasi, dengan memperkenalkan ide-ide segar kepada para ASN muda, yang baru saja bergabung dengan Kementerian. Para peserta datang dengan latar belakang yang beragam, beberapa di antaranya bahkan belum pernah terpapar oleh konsep Pengarusutamaan Gender (PUG).

Melalui serangkaian kelas yang mengambil bentuk social learning, para peserta diajak untuk belajar secara mandiri dan dalam tim. Mereka didorong untuk bertanya, berdiskusi, dan berdebat. Profesor Ismi, yang biasanya tampil dengan presentasi panjangnya, kini lebih berperan sebagai Narasumber atau lebih tepatnya bahkan Observer saja,  yang hanya berbicara saat ditanya oleh peserta.

Kelas ini, yang dinamakan ‘Genre’, diadakan beberapa kali dengan perubahan format sesuai dengan jumlah peserta. Dalam kelas ini, peserta dihadapkan pada tantangan untuk berpikir ‘out of the box’ dan melihat masalah dari sudut pandang yang belum pernah mereka pikirkan sebelumnya. Mereka diajarkan untuk merancang perubahan pada tingkat individu, organisasi, dan sistem.

Dalam kelas yang keempat, kami memperkenalkan konsep ‘system change’. Kami ingin mengajak peserta untuk berpikir strategis, mencari solusi yang bukan hanya inovatif secara teknis, tetapi juga fungsional dan berdampak jangka panjang. Sebab kami tertantang untuk menjawab pertanyaan: Mengapa, selama dua puluh tahun, dampak PUG di tingkat masyarakat masih rendah?

Maka, dengan pemahaman tentang ‘system of today’, peserta belajar menganalisis sistem yang ada saat ini.

Selanjutnya, mereka diajak untuk merancang ‘system of future’ dengan membayangkan perubahan yang ingin mereka lihat. Kemudian, melalui ‘strategy for change’, mereka diberdayakan untuk merencanakan langkah-langkah nyata untuk mewujudkan visi mereka.

Kisah ‘Menjemput Kaum Muda’ mengajarkan kita bahwa inovasi bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang pandangan yang baru, kreativitas yang tak terbatas, dan semangat berkolaborasi. Para ASN muda, dengan pandangan yang segar, menjadi potensi luar biasa untuk menciptakan perubahan yang bermakna dalam masyarakat. Dan melalui kerja keras, diskusi, dan imajinasi, mereka siap membawa perubahan yang lebih baik di masa depan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *